Selasa, 19 November 2019

Bandara Yogyakarta Dirancang Tahan Gempa dan Tsunami

Bandara Yogyakarta Direncanakan Tahan Gempa serta Tsunami

, Kulon Progo -PT Angkasa Pura I membuat Lapangan terbang Internasional Yogyakarta di Kabupaten Kulon Progo, Wilayah Spesial Yogyakarta, dapat bertahan pada gempa memiliki kekuatan sampai 8,8 Rasio Richter serta masih kuat walau diterjang gelombang tsunami setinggi empat mtr..

BACA:Gempa Tremor Menerus Gunung Anak Krakatau, Dilarang Mendekati Kawah

""Bandar Udara Internasional Yogyakarta atau NYIAdirancang tahan gempa serta tsunami. Kami membuat ide gedung terminalnya ialah 'green building' serta direncanakan tahan gempa atau tsunami,"" kata Proyek Manajer Pembangunan NYIA PT Angkasa Pura atau AP I, Taochid Purnama Hadi, di Kulon Progo, Wilayah Spesial Yogyakarta, Jumat, 21 September 2018.

Dia menjelaskan runway atau landasan picu dibikin dalam ketinggian bagian empat mtr. di atas permukaan laut dan tempatnya ada pada jarak 400 mtr. dari bibir pantai.

Selanjutnya, terminal jaraknya satu km. dari landasan picu, hingga ada interval waktu pengamanan diri, jika ada peluang terjelek berlangsung gempa atau tsunami.

BACA: Dibuat 1.000 Rumah Untuk Korban Gempa Lombok

""Kami telah mengulas panjang lebar berkaitan efek musibah itu dengan beberapa ahli serta akademisi dan pakar bagian berkaitan dari Jepang untuk bikin simulasi gempa serta tsunami di lapangan terbang baru. Kami konsultasi dengan BMKG pusat masalah potensi-potensi intimidasi tsunami serta karakteristiknya,"" tuturnya.

Diluar itu, di lokasi lapangan terbang, dibuat gedung ""crisis center"" yang berperan jadi tempat evakuasi sesaat buat orang dalam lapangan terbang atau masyarakat seputar lapangan terbang. Konstruksinya berbentuk gedung yang didukung pilar-pilar tinggi serta diperlengkapi ram pada akses masuknya.

Luasan bangunannya seputar 4.000 mtr. persegi serta mampu memuat sampai 1.000 orang. Saat berlangsung gempa serta alarm siaga tsunami mengeluarkan bunyi, pintu-pintu di samping gedung akan terbuka hingga warga langsung bisa mengaksesnya tak perlu lari begitu jauh ke tempat evakuasi.

Lantai dua terminal yang tingginya enam mtr. dari lantai fundamen dikonsep jadi TES untuk penumpang serta komune lapangan terbang. Jadi, saat tsunami berlangsung, penumpang tak perlu cemas serta langsung ditempatkan untuk amankan diri di lantai dua. Semua sarana ini berada di ruang bagian darat. Landasan picu tidak jadi masalah jika ada tsunami, tetapi yang perlu diselamatkan itu orang-orangnya.

""Mereka tidak dibiarkan ada di pesawat serta langsung dibawa ke terminal atau 'crisis center' hingga aman,"" kata Taochid.

Selain itu, Juru Bicara Project Pembangunan NYIA Agus Pandu Purnama menjelaskan jika tempat landasan picu pesawat nanti tidak sejajar lurus garis pantai tetapi sedikit menyerong pada pojok 11-29 derajat. Ini untuk menghindarkan terdapatnya ""crosswind"" (angin dari samping) dari arah laut yang membahayakan penerbangan.

""Design arah landasan menyerong, pesawat akan gampang 'takeoff' (terlepas landas) atau 'landing' (datang) sebab tempatnya sesuai dengan arah 'headwind' (angin dari depan),"" tuturnya.

Baca berita mengenai gempa yang lain di .

"

Tidak ada komentar:

Posting Komentar